Hari Raya Galungan

Daftar Hari Besar Keagamaan Hindu

Lantas, sebenarnya ada berapa hari raya umat hindu dan apa saja hari raya umat agama Hindu? Artikel berikut ini akan membahasnya satu per satu, sekaligus menjelaskan hari-hari suci di Bali.

IMPLEMENTASI HARI RAYA PAGARWESI DALAM MEMULIAKAN TUHAN

Admin kesrasetda | 29 Maret 2022 | 4763 kali

Berbicara mengenai Pagerwesi, ada banyak tafsiran. Ada yang mengatakan berasal dari dua kata, pager/pagar yang berarti kokoh dan wesi/besi atau kuat. Namun dalam Lontar Sundarigama dijelaskan, Pagerwesi itu adalah pemujaan kepada Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai SanghyangBatara Guru. Mengapa pemujaan kepada guru? Karena guru memiliki fungsi adiluhung sebagai penuntun.

Sebagaimana telah disebutkan dalam lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada Budha Kliwon Shinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati. Makna yang lebih dalam terkandung pada kemahakuasaan Sanghyang Widhi sebagai pencipta, pemelihara, dan pemusnah, atau dikenal dengan Uttpti, Stiti, dan Pralina atau dalam aksara suci disebut: Ang, Ung, Mang.

Saraswati yang jatuh pada hari terakhir dari wuku terakhir diperingati dan dirayakan sebagai anugerah Sanghyang Widhi kepada umat manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi, diartikan sebagai pembekalan yang tak ternilai harganya bagi umat manusia untuk kehidupan baru pada era berikutnya yang dimulai pada wuku Sinta. Rangkaian hari-hari dari Saraswati ke Pagerwesi, mengandung makna sebagai berikut:

1.      Setelah Saraswati, esoknya hari Minggu, adalah hari Banyupinaruh, di mana pada hari itu umat Hindu di Bali melakukan pensucian diri dengan mandi di laut atau di kolam mata air. Pada saat ini dipanjatkan permohonan semoga ilmu pengetahuan yang sudah dianugerahkan oleh Sanghyang Widhi dapat digunakan untuk tujuan-tujuan mulia bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan terjalinnya keharmonisan Trihita Karana, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam semesta.

2.      Kemudian esoknya, hari Senin disebut hari Somaribek, yang dimaknai sebagai hari di mana Sanghyang Widhi melimpahkan anugerah berupa kesuburan tanah dan hasil panen yang cukup untuk menunjang kehidupan manusia.

3.      Selanjutnya, hari Selasa, disebut Sabuh Mas, yang juga tidak lepas kaitannya dengan Saraswati, di mana umat manusia akan menerima pahala dan rezeki berupa pemenuhan kebutuhan hidup lainnya, bila mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di jalan dharma. Pada hari itu umat Hindu di Bali memuja Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Mahadewa.

4.      Hari raya Pagerwesi di hari Rabu, yang dapat diartikan sebagai suatu pegangan hidup yang kuat bagaikan suatu pagar dari besi yang menjaga agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah digunakan dalam fungsi kesucian, dapat dipelihara, dan dijaga agar selalu menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia selamanya.

Maka dapat dikatakan Pagerwesi  merupakan hari yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang diturunkan melalui para guru. Ilmu pengetahuan itu mengalir, melembaga dalam proses mewujudkan jagadhita. Guru yang harus dihormati dalam hal ini adalah catur guru. Guru Rupaka (orangtua), Guru Pengajian (guru di sekolah), Guru Wisesa (pemerintah) dan Guru Swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi).

Dalam Lontar Gong Wesi maupun Usana Dewa ada istilah Siwatma yang distanakan di Kamulan yang menjadi salah satu unsur Batara Hyang Guru. Pemujaan Sang Hyang Atma sebagai Sanghyang Batara Guru adalah pemujaan Guru yang ada dalam diri. Suara Sang Hyang Atma itu tiada lain adalah suara hati nurani. Berguru pada suara hati nurani itu adalah berguru pada Sang Hyang.

Pemujaan Sang Hyang Atma di Kamulan itu adalah untuk membangkitkan daya spiritual untuk berguru pada Tuhan dalam diri yang disebut Sang Hyang Atma. Sedangkan memuja Sanghyang Batara Guru saat hari raya Pagerwesi dalam konsep Hindu Siwa Paksa adalah memuja Tuhan sebagai guru tertinggi di Bhuwana Agung. Pemujaan Batara Hyang Guru di Kamulan dan pemujaan Sang Hyang Paramesti Guru pada hari raya Pagerwesi adalah memuja Tuhan sebagai Guru di Bhuwana Alit dan Guru di Bhuwana Agung. Hal ini hendaknya dilakukan secara seimbang sebagai wujud beragama ke dalam diri (niwrti marga) dan beragama ke luar diri (prawrti marga). Hari raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Batara Guru. Beliau adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Batara Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi ngawur.

Yadnya (Banten) yang paling utama disebutkan pada hari raya Pagerwesi yaitu :

·         Untuk Para Pendeta (Purohita) adalah “Sesayut Panca Lingga” sedangkan perlengkapan  tetandingan bantennya :

·         Suci Pras penyeneng, dan

·         Banten Penek.

o    Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi sebagai pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan.

·         Dan Bagi umat kebanyakan yadnya (banten) disebutkan adalah;

o    natab Sesayut Pagehurip,

o    Tentunya dilengkapi Daksina,

o    Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu

§  Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta,

§  dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.

Upacara sendiri dimulai dengan menghaturkan persembahan dan persembahyangan di sanggah (candi kecil yang terletak di pekarangan), kemudian berlanjut ke pura di area desa, dan ke pura-pura yang menjadi pura keluarga. Secara umum pelaksanaan persembahyangan yang dilakukan serupa. Namun ada beberapa desa yang terkadang juga melakukan perayaan dengan cara-cara menarik yang lain. Maknanya sendiri sebenarnya adalah sebagai pengingat bahwa manusia yang hidup di dunia harus memiliki keteguhan iman, yang berdasarkan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan di jalan kebaikan. Tanpa pengetahuan, umat manusia akan kembali pada zaman kegelapan, dimana semua yang dilakukan terasa sangat sulit.

Pelaksanaan upacara/upakara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniwan pemimpin agama. Dalam Lontar Sundarigama disebutkan: Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah. Artinya: Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sanghyang Batara Guru. Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaam (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warga menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan). Hakikat pelaksanaan upacara Pagerwesi adalah lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga. Banten yang paling utama bagi para Purohita adalah Sesayut Panca Lingga, sedangkan perlengkapannya Daksina, Suci Pras Penyeneng dan Banten Penek. Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi adalah pemujaanbagi para pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan. Banten yang paling inti perayaan Pagerwesi bagi umat kebanyakan adalah natab Sesayut Pagehurip, Prayascita, Dapetan. Tentunya dilengkapi Daksina, Canang dan Sodaan. Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.

Dalam kaitan susunan upacara Pagarwesi dimulai dari hari raya Saraswati sebagai hari dimana turunnya ilmu pengetahuan dimana sehari setelah melakukan persembahyangan saraswati umat bakan melakukan mandi di laut sebaai bentuk penyucian diri setelah menerima ilmu pengetahuan agar ilmu yang di dapat dapat di pergunakan untuk tujuan yang baik. hal ini di sebut dengan Banyupinaruh.

Hari raya Pagarwesi dimaknai sebagai siatu pegangan hidup yang kuat, bagaikan suatu pagar dari besi yang menjaga ilmu pengetahuan dabn teknologi yang sudah digunakan dalam fungsi kesucian dapat di pelihara dan dijaga agar selalu pedoman bagi kehidupan manusia selamanya. pengetahuan sejati itulah yang sesungguhnya merupakan "pagar besi" untuk melindungi hidup kita di dunia ini. inti dari perayaan pagarwesi itu adalah memuja Tuhan sebagai guru yang sejati. memuja berarti menyerahkan diri, menghormati, memohon, memuji, dan memusatkan diri.

https://disbud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/74-makna-rahina-pagerwesi

https://www.suara.com/lifestyle/2021/02/03/210749/hari-raya-pagerwesi-berikut-upacara-dan-makna-di-baliknya

https://pariwisata.denpasarkota.go.id/berita/read/3000

Terdapat tujuh rerainan atau hari raya Hindu berdasarkan perhitungan kalender Bali selama bulan November 2024. Salah satunya Tumpek Kandang atau Tumpek Uye yang jatuh pada 14 Desember 2024. Selain itu, pada bulan ini juga terdapat rahinan Buda Wage Menail yang jatuh pada 18 Desember 2024.

Simak jadwal hari raya Hindu atau rerahinan selama bulan Desember 2024 menurut kalender Bali berikut ini.

Ibadah Agama Hindu Setiap Hari Apa?

Ibadah dalam agama Hindu dilaksanakan sebanyak 3 kali sehari yang dinamakan Tri Sandhya dan dilakukan sebagai bentuk bakti umat kepada Sang Hyang Widhi Wasa, yakni brahma mahurta pada pagi hari, madya sewanam pada siang hari, dan sandya sewanam pada sore hari.

Selain itu, terdapat beberapa praktik dan ritual yang umum dilakukan pada hari-hari tertentu dalam seminggu atau bulan. Berikut adalah beberapa contoh kegiatan ibadah yang umum dilakukan dalam agama Hindu:

Puja adalah ritual penyembahan yang dilakukan oleh para penganut Hindu di rumah atau di kuil. Puja dapat dilakukan setiap hari dan biasanya melibatkan persembahan makanan, bunga, dupa, dan doa kepada berbagai dewa dan dewi dalam pantheon Hindu.

Upasana adalah praktik

atau kontemplasi yang dilakukan untuk mencapai kesadaran spiritual dan koneksi dengan Tuhan.

Surya Namaskar adalah serangkaian gerakan

yang diarahkan kepada Matahari sebagai simbol kehidupan dan kekuatan dalam agama Hindu. Beberapa orang Hindu melakukan Surya Namaskar setiap hari sebagai bagian dari praktik kesehatan dan spiritual mereka.

Shravan Somvar adalah hari Senin di bulan Hindu Shravan (biasanya jatuh pada bulan Juli atau Agustus dalam

). Pada hari ini, banyak umat Hindu melakukan puja khusus dan menyembah Dewa Shiva.

Shukrawar Puja adalah puja khusus yang dilakukan pada hari Jumat untuk menyembah Dewi Lakshmi, dewi kekayaan dan keberuntungan dalam agama Hindu.

Desember 2024, Tilem

Tilem dipercaya sebagai bulan mati dan diyakini Sang Hyang Surya sedang beryoga semadi. Pada hari ini, langit malam akan gelap tanpa sinar bulan.

Umat yang taat akan kewajibannya saat Tilem dipercaya akan diberikan jalan yang baik menuju swarga loka. Sementara berdasarkan Lontar Purwana Tattwa Wariga, umat Hindu yang tekun menjalankan ibadah saat Tilem konon rohnya tidak akan diberikan jalan sesat nantinya ketika meninggal.

Artikel ini ditulis oleh Ni Komang Nartini peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Hari Raya Siwaratri

Siwaratri merupakan sebuah festival dan hari raya umat Hindu yang diselenggarakan setiap tahun untuk memperingati Dewa Siwa. Festival ini dikenal juga dengan sebutan padmaraja ratri.

Alternatif nama atau sebutan adalah Maha Siwaratri. Siwaratri secara harfiah berarti malam agung Dewa Siwa.

Festival ini diperingati setiap tahun pada malam ke-13/hari ke-14 di bulan Magha dalam penanggalan Hindu.

Festival ini dirayakan dengan mempersembahkan daun Bael atau Bilwa kepada Dewa Siwa, sepanjang hari berpuasa dan sepanjang malam begadang.

Sepanjang hari seluruh pemuja Dewa Siwa akan melafalkan mantra suci Pancaksara yang didedikasikan kepada Dewa "Om Nama Siwaya".

Desember 2024, Purnama

Hari Purnama jatuh setiap malam bulan penuh (Sukla Paksa). Purnama menjadi momen untuk memuja Sang Hyang Chandra.

Pada hari ini, umat Hindu seyogianya menyucikan diri lahir batin dengan melakukan upacara persembahyangan, dan menghaturkan yadnya (persembahan suci) ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk memohon anugerah.

Hari Raya Saraswati

Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu.

Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.

Hari raya Saraswati adalah hari yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia.

Di hari Saraswati biasanya pagi hari para siswa sekolah sudah sibuk mempersiapkan upacara sembahyang di sekolah masing-masing. Setelah itu biasanya para siswa melanjutkan sembahyang ke pura-pura lainnya.

Adapun, pura yang menjadi favorit adalah pura Jagatnatha yang ada di pusat kota. Di sekolah, di pura, di rumah maupun di perkantoran semua buku, lontar, dan alat tulis ditaruh pada suatu tempat untuk diupacarai.

Menyambut Tahun Naga Hari Raya Imlek 2024

Bogor –  Sudahkah kamu memrencanakan liburan Hari Raya Imlek? Maksimalkan hari Raya Imlek mu bersama keluarga dengan aktivitas seru di Royal Safari Garden, kira – kira ada apa aja ya, yuk kita simak!

Imlek adalah perayaan yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa dan beberapa kelompok etnis di seluruh dunia. Tanggal Imlek berubah setiap tahunnya karena didasarkan pada kalender lunar Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili jatuh pada hari Sabtu, 10 Februari 2024. Tahun Baru Imlek 2575 bertepatan dengan hari libur akhir pekan, yang berbeda dengan kalender Gregorian yang umum digunakan dan ditahun ini bertepatan dengan Tahun Naga Kayu.

Tahun Naga Kayu 2024 diyakini sebagai tahun yang penuh energi dan dorongan untuk bertumbuh. Gabungan simbol Naga dan Kayu dianggap memiliki keberuntungan dan kegagahan dan diyakini akan mendorong pertumbuhan, kemajuan, dan kelimpahan.

Perayaan Imlek biasanya diwarnai dengan berbagai tradisi, upacara, dan kegiatan. Royal Safari Garden selalu memberikan aktivitas pengalaman baru untuk pengunjung yang datang untuk berlibur bersama orang tersayang, ditambah saat ini sudah memasuki Hari Raya Imlek, terdapat aktivitas seru yang wajib kamu ikuti.

Dengan booking Year Of Dragon Chinesse New Year Package start from IDR 2,202,000 nett/night  kamu sudah mendapatkan Breakfast, Gala Dinner for two pax, Special Entertaint Barongsai, Yu Sheng Ceremony, Traditional Chinnese Dance, Couple Dance, Acrobatic, Special Animal Show, Live Music, Games and Doorprice, dan bagi – bagi angpo yang berlokasi di Desavana Restaurant.

Buatlah liburan imlek mu dengan pengalaman baru bersama keluarga dan orang terdekat mu di Royal Safari Garden. Jadi tunggu apalagi booking sekarang juga karna diskon terbatas. Liburan ke Puncak?, Ya di Royal Safari Garden! Kamu bisa baca artikel menarik lainnya disini ya (klik disini)

IG: @royalsafari_garden

www.royalsafarigarden.com

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Desember 2024, Tumpek Kandang

Tumpek Kandang atau yang dikenal dengan sebutan Tumpek Uye dirayakan setiap enam bulan sekali. Persembahan biasanya ditujukan kepada hewan peliharaan sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada binatang yang telah membantu kehidupan manusia.

Perayaan Tumpek Uye bukan untuk menyembah binatang. Momen ini dimaknai sebagai salah satu wujud menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, terutama hewan yang juga ciptaan Tuhan.

Adapun banten atau upakara yang dipersembahkan saat Tumpek Kandang menyesuaikan dengan kemampuan serta adat dari masing-masing daerah. Di beberapa daerah, banten saat Tumpek Uye berupa tumpeng, sesayut, penyeneng, reresik, jerimpen, dan canang raka.

Kapan Hari Raya Nyepi 2024?

Nyepi adalah salah satu hari besar agama Hindu. Lantas kapan Hari Raya Nyepi tahun 2024? Berdasarkan penanggalan Kalender Bali, Hari Raya Suci Nyepi yang jatuh pada 1 Kedasa Tahun 1946 Saka bertepatan dengan Hari Senin, 11 Maret 2024.

Pemerintah menetapkan Hari Raya umat Hindu 2024 (Hari Suci Nyepi) sebagai hari libur nasional pada 11 Maret 2024, lalu pada hari selanjutnya atau Selasa, 12 Maret 2024 adalah cuti bersama.

Melalui Nyepi, umat Hindu, khususnya warga Bali menggelar serangkaian upacara adat. Hari Raya Nyepi pun menjadi syarat bagi umat Hindu dalam menyambut tahun baru Saka.

Meskipun perayaan Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional, namun, umat Hindu di Bali tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas rutin. Sebab, Nyepi merupakan waktu untuk mengevaluasi diri.

Dengan berdiam diri di rumah dan tidak beraktivitas, mereka merenungi usaha dan hasil kerja selama setahun sekaligus tahun-tahun sebelumnya.

I Wayan Suwena dalam "Fungsi dan Makna Ritual Nyepi di Bali" menyatakan, Nyepi berarti sepi atau sunyi. Saat Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Bali berupaya menahan hasrat untuk tidak keluar rumah, bekerja, menghidupkan perapian, ataupun mengujarkan kalimat-kalimat tertentu.

Tahapan pelaksanaan Hari Raya Nyepi tentunya menyimpan arti masing-masing. Mulai dari upacara Melasti, Mecaru, Pengerupukan, Nyepi hingga Ngembak Geni, dilakukan dengan ritual-ritual yang khas.